Kamis, 25 Juni 2015

Belajar Mengenal Orang by Abdullah Muadz

Belajar Mengenal Orang

PilPres baru saja usai, banyak pelajaran yang bisa kita dapat, diataranya bagaimana kita bisa mengenal orang. Bagaimana kita mengenal calon yang akan kita pilih. Kegaduhan saat saat masa kampanye luar biasa. Ditengah tengah masyarakt terjadi polarisasi pendukung dan pembenci. Ada yang medukung calon yang satu serta membenci secara berlebihan calon yang lainnya dan sebaliknya.

Menariknya adalah kemampuan masyarakat dalam menilai seorang calon yang orangnya masih hidup dan masih ada ditengah tenga hnya. Dengan berbagai faktor bisa terjadi perbedaan yang sangat tajam, sehingga menimbulkan kecintaan  dan kebencian yang  sangat berlebihan.

Kalo kita melihat ke zaman shahabat bagaimana orang orang syi’ah menilai Shahabat semisal Abu Bakar Asshiddiq  dan Umar bin Khattab.  Sedemikian benci dan dendamnya sampai terwarisi  hingga sekarang.  Padahal sosok Shahabat semodel Abu Bakar Asshiddiq  yang kebaikannya sudah sangat mutawattir beritanya.  Beliau adalah teman main Nabi sejak kecil, beliau juga menjadi mertua Nabi, beliau paling banyak berinfaq, Beliau paling banyak sengsara bersama Nabi termasuk di gua tsur. Beliau juga sering ikut berperang bersama  Nabi, sementara Allah menjamin orang yang berperang dan berbai’at dengan jaminan surga, sekian banyak pernyataan Allah dalam al Qur’an telah menjelaskannya secara gamblang.

Namun apa yang terjadi.? Ternyata ada sekolompok kaum yang sedemikian benci dan dendamnya kepada shahabat Nabi sampai terwarisi turun temurun hingga hari ini. Lebih ekstrem  lagi kita melihat sikap sebagian masyarakat  quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW.  Keluhuran akhlaq beliau beritanya sedemikian mutawattir tak terbantahkan, bukan saja Allah yang memberi pujian, tetapi sekian banyak gelar yang diberikan masyarakat kepada Beliau, diantaranya Al Amiin.

Ternyata sedemikian banyak bukti, tidak cukup untuk bisa memberikan hasil penilaian yang sama pada sosok pribadi seseorang. Kita bisa melihat hari ini bagaimana para orientalis memandang sosok Nabi Kita... waah nauzubillaah sangat mengerikan.  Karena itulah sangat penti ng kita belajar cara mengenal orang.

 Jika yang dipelajari orang orang yang sudah wafat, kita hanya dapati dari dokumen sejarah, masih dapat  dimaklumi adanya hasil yang berbeda. Namun jika yang hendak kita kenali adalah orang orang di sekitar kita, hari hari bersama kita, dalam waaktu yang lama, ternyata juga masih bisa menimbulkan perbedaan yang tajam, berarti menunjukan betapa harus seriusnya kita belajar bagaimana caranya mengenal  orang.
Beberapa faktor  yang bisa menyebabkan munculnya perbedaan dalam mengenali seseorang.
  1. Lengkap atau tidaknya data yang kita miliki
  2. Valid atau tidaknya tidaknya data yang kita dapati
  3. Lingkungan dan orang orang disekitar kita yang menjadi pembisik
  4. Persepsi yang  telah terlebih dahulu terbangun dalam diri kita
  5. Pengendalian perasaan dan fikiran yang bisa mengganggu akal sehat
  6. Stabilitas Kondisi kejiwaan yang mempengaruhi obyektifitas.
  7. Ideologi/aqidah, prinsip, nilai, fikroh yang mempengaruhi persepsi nya
  8. Tujuan, target dan sasara serta kepentingan pribadi yang tidak bisa ditawar, sehingga  bersifat protektif, akhirnya sulit berubah pandangannya.  Dan lain lain..
Dalam fakta sejarah kehidupan, banyak kisah tentang pembunuhan karakter seseorang , atau sebal iknya menutup kejahatan seseorang kemudian membuat citra sebaliknya, sehingga bisa menjungkir balikan penilaian masyarakat terhadap seseorang.

Agar kita bisa mengenal seseorang dengan baik maka ada beberapa syarat yang harus kita pegang adalah sebagai berikut :
  1. Bersifat obyektif,  siap menerima fakta fakta apapun kepada seseorang yang berada dihadapan kita, maka kita harus siap menerima kekurangan dan kelebihan seseorang.
  2. Agar bisa obyektif maka kita harus open mind, berarti siap menerima informasi dari semua orang,  dari siapa saja, baru kemudian kita saring, ketika sudah dianggap cukup informasinya.
  3. Agar bisa open mind maka harus memiliki sifat tawaddhu, tidak boleh gensian, sehingga kita mampu menyerap informasi dari siapa saja yang kita butuhkan.
  4. Mengendalikan emosi dan perasaan agar fikiran sehat masih tetap terjaga, sehingga bisa menilai orang lain tetap obyektif.
  5. Ketika kita ingin bersikap  atau tindakan maka kita harus pastikan bahwa kita telah memiliki semua informasi yang dibutuhkan dengan valid dan lengkap.
  6. Ikhlas dan senantiasa menjaga kebersihan hati agar selalu ada husnus zhon kepada siapa saja.
  7. Proposioanal dalam mencintai dan membenci  atau ketika melihat kelebihan dan kekurangan seseorang,  supaya  tidak bersikap ekstrem yang akan merusak hubungan.
Siapapun yang nantinya menjadi presiden di negeri ini, mari kita sikapi secara proposional dan adil agar kita tetap memiliki  akal fikiran yang sehat, sehinngga menghasilka sikap dan tindakan yang produktif. Dengan terus melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar  kepada siapapun yang nantinya terpilih, termasuk jika yang terpilih calon yang kita dukung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar