Assalaamu'alaikum Wr W.. Terimakasih Anda telah mengunjungi Blog Kami, Bagi Anda yang ingin : Basic Life Skill Pelatihan Motivasi Management Spiritual... Islamic Holiday Camp... Wisata Spiritual Terpadu... Konsultasi Haji dan Umroh... Konsultasi Keluarga Sakinah... Seminar, Diskusi, Bedah Buku... Presenter dsb.. silahkan kontak :.. Hp 0813 8474 5000. Email : abdullah.muadz@gmail.com abdullah_muadz@yahoo.co.id
Jumat, 28 November 2014
Selasa, 11 November 2014
Pahlawan atau Penjahat by : Abdullah Muadz
Siapa Pahlawan Siapa
Penjahat
Westerling adalah tokoh yang dianggap pahlawan oleh masyarakat Belanda,
sebaliknya ia adalah penjahat besar untuk bangsa Indonesia.
Gorge W Bush adalah pahlawan, setidaknya bagi 85% rakyat Amerika, tetapi
dianggap penjahat oleh sebagian rakyat Irak, setidaknya 900.000 keluarga korban
tewas akibat pembantaian.. Xanana Gusmao adalah seorang tokoh pahlawan bagi
masyarakat Timor Leste, sebaliknya pernah dipenjara oleh pemerintah
Indonesia. Begitu pula Presiden pertama RI Bpk Ir. Soekarno.
adalah tokoh proklamator sekaligus pahlawan, tetapi oleh Belanda telah
berkali-kali dipenjarakan.
Perbedaan pandangan itu karena memakai kacamata Nasionalisme masing
masing. Nasionalisme itu bersumber dari sebuah padangan masyarakat kumpulan
manusia yang pasti punya cara pandang masing-masing, maka hasilnya menjadi
relative.
Pahlawan Dalam Arti
Sempit
Bagi seorang yang sedang sakau maka pahlawan bagi mereka adalah para
pemasok dan pengedar narkoba. Bagi seorang pemabuk, maka boss yang mentraktir
minuman itulah yang jadi pahlawan. Bagi orang-orang miskin maka orang semodel
Robinhood itu juga bisa manjadi pahlawan. Bagi para mucikari/germo, juga
pengusaha diskotik, maka para pembacking yang biasanya terdiri dari
aparat itu sebagai pahlawan. Seorang pemuda yang menampung uneg-uneg
seorang gadis ketika terjadi masalah keluarga, sehingga sang gadis bertambah
dendam terhadap orang tuanya dan semakin sejuk dengan sang pemuda, itu bisa dianggap
pahlawan bagi si gadis (lihat status-status di BBM).
Maka pengertian pahlawan disini adalah siapa saja yang menjadi pembela
kepentingan seseorang itulah dia, terlepas bentuk kepentingan apa saja, tidak
perlu lihat halal haram lagi.
Sebaliknya perbuatan sebaik apapun jika ada orang lain yang merasa
kepentingannya terancam, akan ada saja yang memusuhi bahkan dianggap
penjahat atau lebih dari itu. Sebaik apapun akhlaq yang telah ditunjukan oleh
Rasulullah SAW, sampai sampai pujiannya langsung datang dari Allah SWT :
“Sesunggguhnya Engkau (wahai Muhammad) memang memiliki akhlaq yang sangat Agung
“, tetap saja ada yang memusuhi, bahkan dari kalangan keluarganya sendiri.
Karena ada orang yang merasa kepentingannya terancam. Apalagi kita yang
bukan nabi, lebih wajar kalau yang membenci itu lebih banyak lagi.
Resiko yang dihadapi oleh Rasulullah SAW adalah berbagai teror mental,
dituduh orang gila, tukang sihir sampai upaya penganiyaan fisik. Berbagai ujian
cobaan, tantangan, rintangan, hambatan, gangguan, silih berganti bertubi-tubi
silih berganti tak pernah berhenti menimpa diri Nabi. Mulai dari
peleparan kotoran unta, penimpaan batu besar, pengeroyokan, upaya pemboikotan,
sampai upaya-upaya pembunuhan.
Soal Kepentingan dan
Standar Nilai
Kalau ukuran berjasa, membantu dan menolong menurut kepentingan perorangan,
kelompok, suku, sampai pada bangsa dan negara, bisa dipastikan akan menemukan
hasil yang relatif. Sehingga harus ada standar yang universal. Sementara
sentdar universal itu biasanya dikaitkan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Lagi-lagi jika pendangan kemunisaan itu menurut pribadi, kelompok dan golongan
pasti akan berbeda lagi. Sehingga tidak akan pernah menemukan kebenaran yang
hakiki dalam memandang nilai kemanusiaa.
Bagi akal yang sehat seharusnya berfikir bahwa yang paling pantas membuat
standar nilai kemanusiaan adalah Sang Pencipta Manusia itu sendiri. Maka nilai
kemanusiaan tidak bisa dilepas dengan setandar yang dimiliki oleh Allah SWT
sebagai Pencitpta manusia. Selanjutkan kita bisa menentukan ukurang berjasa
atau tidak seseorang jika dia berhasil ikut mengangkat nilai-nilai kemanusian
dan nilai-nilai kebenaran.
Jadi Pahlawan itu Siapa
?
Pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil bagi kepentingan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang lain, karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bangsa atau umat manusia.
Jika kita memakai kata kunci “ Kebenaran dan Pahala” maka tidak mungkin ada standar lain keculai tata nilai yang bersumber dari Sang Pencipta (Khalik) sebagai sumber kebenaran. Akal sehat kita menuntut bahwa Sang Pencipta pasti yang paling tahu barang ciptaanya senidri, maka Dialah yang paling pantas dan berhak menurutkan sumber tata nilai untuk makhluq manusia sebagai ciptaannya.
Seorang pejuang dan pahlawan dalam Islam, adalah seorang yang hanya
ingin cari muka dihadapan Allah SWT, hanya ingin perhatian dan penilaian dihadapan
Allah SWT, jika hanya pandangan manusia akan sangat relative sifatnya.
Satu bilang si fulan pahlawan semantara yang lainnya bilang si fulan itu
penjahat. Bararti seorang pejuang harus tegar “tidak takut celaan
orang-orang yang suka mencela” (Q.S Al-Maidah (5) ayat : 54.
Hari ini para pejuang akan berhadapan dengan nafsu liar manusia yang
dibacking oleh penguasa dan pengusaha yang terus mengeksploitasi nafsu
jalang dan liar manusia, sambil terus dikipas-kipas oleh syaithan
laknatullah, kemudian dihias oleh sarana dan prasarananya, serta dipercantik
oleh ilmu pengetahuan dan teknologinya. Makin banyak orang yang terkapar tidak
berdaya, tidak sedikit juga para tokoh agama yang akhirnya ikut bungkam, entah
karena takut atau karena gaptek.
Siapa yang berani mengatakan bahwa : “Kuis berhadiah melalui SMS yang
tarifnya diatas normal itu Judi”..? Siapa yang berani mengatakan bahwa
acara pildacil itu ada unsur judinya..? Siapa yang berani mengatakan
bahwa sekarang ini hiburan sudah sangat Over Load..? Siapa yang mampu
melihat bahwa kondisi pelajar kita sudah sangat memprihatinkan, dari aspek
orientasinya, motivasinya, visi misinya, akhlaqnya, pergaulannya, serta sikap
dan keperibadiannya.
Pertanyaan tersebut diatas mempunyai resiko tinggi bagi siapa saja yang mau
manjawab dengan jujur. Sebab akan berhadapan dengan banyak orang dan
kepentingan, juga mungkin tidak sedikit tokoh agama yang juga sudah terlanjur
ikut menikmati, sehingga takut “Kaburo Maqtan” ( Q.S Asshaaf (61) ayat : 2-3.
Seorang ayah yang telah memelihara anak dari bayi, begitu menyayangi dan
mencintai anaknya, hanya karena latar belakang pendidikan yang kurang,
maka cara mengekspresikan kasih sayang dan cintanya berbeda dengan keinginan
anak. Banyaknya perintah dan larangan membuat sianak salah faham,
timbulah kebencian kepada orang tuanya. Saat itulah datang pemuda ganteng
yang menampung semua uneg-unegnya, menawarkan berbagai kebebasan,
serta membuka jendela hatinya sambil bersedia menjadi soulmate nya.
Jadilah pemuda itu sebagai pahlawan dimata gadis tersebut.
Padahal tidak sedikit laki-laki yang hanya menginginkan kecantikan dan
kemolekan tubuhnya. Pertolongan yang diberikannya pun hanya alokasi khusus
kepada orang-orang tertentu yang menjadi sasaran tembaknya. Kepincutlah si anak
jadilah si Pemuda yang tidak pernah ngasih makan dan merawat dari kecil
menjadi pahlawan serta arjuna bagi si gadis yang merasa nyaman terhadap
pemuda tadi. Pilu hati si ayah ketika anaknya lebih percaya kepada orang lain
dari pada orang tuanya sendiri.
Tak kalah pilunya nasib guru, terlebih-lebih guru agama. Dari segi urgensi
tidak begitu dianggap oleh pemerintah terlihat dalam implementasi kurukulum,
membawa dampak pelajaran agama diremehkan oleh para siswa. Sisi lain jam
pelajaran yang kurang, sehingga berdampak kurangnya pelajaran aqidah yang
begitu penting dalam membentuk pandangan hidupnya. Sisi lain lagi pelajaran
agama lah yang banyak berbenturan dalam realitas kehidupan sehari-hari,
karena apa yang ditampilkan di Televisi misalnya lebih banyak pertentangannya.
Sementara masih ada sebagaian guru agama dengan keterbatasannya belum menguasi
metode mengajar yang menarik. Maka guru agamalah yang dianggap paling banyak
perintah dan larangan. Paling cerewet, ngebetein, menyebalkan dan paling banyak
mengekang.
Sementara ada guru lain atau karyawan yang punya pandangan agak permisif,
mempunyai kemempaun berkomunikasi dengan baik, menjadi tempat bernaungnya
anak-anak, tempat yang dianggap menyejukan. Jika tidak ada lingkungan
yang kondusif serta tidak ada upaya perbaikan kualitas dan keterampilan
guru-guru agama, maka jadilah guru agama seolah seolah sperti penjahat dan guru
lain yang menganut kebebasan seperti pahlawan, di mata para siswa..
Saat inilah dibutuhkan para pejuang bermental baja, yang punya ketegaran
jiwa, kekokohan mental, berani tampil, tidak takut celaan manusia, karena
takunya hanya kepada Allah SWT, dan hanya ingin menjadi Pahlawan hanya di
hadapan Allah SWT.
Langganan:
Postingan (Atom)