Senin, 08 Juni 2015

GUE ANAK BERPRESTASI by Yuda Mahendra Asmara ST

GUE ANAK BERPRESTASI by Yuda Mahendra Asmara ST

disalin oleh Abdullah Muadz pada 8 November 2009 pukul 15:42 ·

GUE ANAK BERPRESTASI


Dalam banyak sisi negatif dari kehidupan remaja, seperti yang disebut sebelumnya, tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian remaja yang mampu meneguhkan jati diri dan identitas mereka melalui berbagai prestasi dan hasil karya yang sangay membanggakan. Seperti kita ketahui, dalam olimpiade Fisika, Matematika, dan Biologi beberapa remaja dari negeri ini, mampu meraih prestai yang membanggkan di tingkat Internasional. Dalam dunia seni tarik suara, di negeri ini juga kaya talenta-talenta muda yang dapat bersaing di dunia Internasional. Remaja-remaja yang berprestasi inilah yang sebenarnya patut berbangga diri, bukan remaja-remaja “Gue Anak Fungky” ataupun “Gue Anak Jendral”, dan sejenisnya. Sudah sepantasnya, remaja yang lain mengikuti jejak langkah generasi-generasi berprestai.

Allah sangat mencintai dan memberikan apresiasi yang besar kepada para remaja (pemuda) yang mampu menghindarkan diri dari hal-hal negatif yang dapat membawa kepada kehancuran serta mampu melakukan berbagai perbuatan baik (prestasi) dalam hidupnya. Karena, umumnya remaja itu belum mempunyai kesadaran yang utuh untuk itu. Karenanya, allah akan memberikan pahala yang besar kepada para pemuda atau remaja yang mampu melakukan berbagai amal saleh (perbuatan baik), melebihi pahala yang diberikan kepada orang-orang yang telah dewasa dan lanjut usia, karena dari segi kematangan dan kemampanan mental, mereka memang sudah wajar untuk melakukannya. Sementara remaja pribadinya masih labil dan mengalami tahapan tersulit dalam menghadapi godaan dunia.

Dalam Al-Qur’an Allah memberikan perumpaan yang indah antara orang-orang yang sanggup menorehkan prestasi dan hasil karya baik dengan orang-orang yang selalu berbuat buruk dalam hidupnya serta tidak mampu menorehkan prestasi yang bermanfaat bagi orang lain, dengan perumpaan dua laut, dimana yang satu berair tawar, segar, dan sedap diminum, sementara yang lain berair asin lagi pahit. Allah SWT berfirman:
Artinya:
Dan tiada sama (antara dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiassan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah supaya kamu bersyukur. (Q.S Fathir: 12)

Begitu indah perumpaan yang diberikan Allah untuk orang-orang yang mampu berbuat baik (beramal saleh) dan memberikan manfaat kepada orang lain. Mereka akan mendapatkan pahala yang besar di sisi-Nya. Tidak hanya itu, mereka pun akan senantiasa mendapat keharuman nama dalam pandangan manusia. Apalagi bila semua prestasi itu mampu diraih di usia remaja.

Pepatah para bijak menyebutkan “Perjalanan remaja masih sangatlah jauh.” Alangkah membanggakan jika perjalanan yang jauh itu sudah diawali dengan ukiran prestasi indah di usia remaja. Ayunan langkah di masa-masa selanjutnya pun pasti akan lebih ringan untuk mengukir prestasi yang lain. Ibarat pepatah, “Menabung kita di lumbung, saat paceklik kita tak bingung.” Apa yang mampu dikerjakan (prestasi) di usia remaja adalah bagian dari investasi yang akan dipetik keuntungannya kelak di usia senja.

Karena itu, berbahagialah para remaja yang mampu mengukir prestasi. Mereka benar-benar patut menjadi contoh dan idola bagi remaja lain. Karenanya, seluruh pihak yang terkait dengan remaja, baik orang tua maupun instasi atau badan kepemudaan harus mengarahkan segenap potensi remaja ke arah yang positif. Darinya diharapkan pekikan “Gue remaja berprestasi” lebih bergema dibandingkan dengan teriakan “Gue anak fungky”, “Gue anak jendral, dan “Gue anak…..”lainnya. Kalau hal ini terwujud, niscaya kemajuan bangsa dan negara hanya tinggal menunggu waktu saja.

Salah satu kecenderungan anak yang masih dalam usia remaja adalah membangga-banggakan kebesaran orang tua, kakek-neneknya, dan orang-orang yang ada hubungan keluarga dengannya. Ini bisa dimengerti karena tidak banyak anak-anak yang dalam usia remaja itu mampu menegaskan jati diri dan eksistensinya lewat prestasi dan keberhasilan yang diraihnya. Dari kalangan mereka, tidak sedikit juga yang mampu meraih prestasi dan keberhasilan, sehingga jati diri dan eksistensi mereka pun diakui oleh publik. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dapat memberikan sumbang sih bagi keharuman nama bangsa dan negara. Ke arah inilah, seharusnya kaum remaja bangsa ini diarahkan.

Tidak bisa dipungkiri, dalam kecenderungan kaum remaja yang masih labil dan belum bisa eksis untuk menopang kehidupannya sendiri, lahirlah para generasi remaja yang suka mengandalkan orang tua mereka ataupun orang-orang lain yang ada hubungan keluarga dan kekerabatan dengan mereka. Bila terbelit oleh suatu masalah, biasanya mereka mengandalkan orang tua dan orang-orang lain yang dianggap bisa melindunginya. Bahkan tak jarang, remaja-remaja yang mempunyai karakter semacam itu suka mempergunakan “nama besar” orang tua ataupun orang lain yang ada hubungan keluarga dan kekerabatan dengannya untuk mendomniasi kelompok remaja yang lain. “Awas, belum tahu lu siapa bokap gue!”, begitu salah satu ungkapan yang biasa dilontarkan oleh “remaja tak berkarakter” untuk mengancam remaja lain yang terlibat “clash” dengannya.

Tidak mengherankan jika dalam dunia remaja pun sering ditemukan istilah-istilah seperti: “Anak Mama”, “Anak Papa”, “Anak Jendral”, “Anak Gedongan”, dan seterusnya. Semua sebutan itu diperuntukkan bagi remaja-remaja tertentu yang tidak mampu menunjukkan jati diri dan eksistensinya sendiri, namun selalu membanggakan orang-orang tertentu dari kalangan keluarga dan kerabatnya. Dalam konteks ini, pemilih lebih suka memilih term “Anak Jendral” untuk menyebut mereka (para remaja) yang mempunyai karakter semacam itu.

Islam sangat menghargai prestasi seseorang. Islam menegaskan bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya, dan takwa adalah bagian dari prestasi seseorang. Dalam banyak ayat, Al-Qur’an juga menegaskan bahwa orang-orang yang beriman dan mengerjakan berbagai perbuatan baik akan mendapatkan pahala yang mulia di sisi-Nya, tidak peduli siapa pun dan dari golongan manapun. Singkatnya, Islam mengahrgai seseorang berdasarkan usaha, perbuatan, dan prestasi yang dilakukannya secara mandiri, bukan karena prestasi dan kebesaran keluarga, kerabat, ataupun orang lain. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
Artinya:
Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh (berbuat baik), tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala (balasan perbuatan baik) orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik. (Q.S Al-kahfi: 30)
Artinya:
Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh (berbuat baik), maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan kami titihkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami”. (Q.S Al-Kahfi: 88)
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apayang telah mereka kerjakan. (Q.S An-Nahl: 97)

Dalam ketiga ayat di atas, Allah menegaskan, siapa pun yang beriman dan melakukan amal saleh (perbuatan baik), niscaya Allah akan memberikan balasan yang mulia atas perbuatan baik yang dilakukannya, tidak peduli siapapun dan dari mana pun ia berasal.  Ditegaskan oleh Allah bahwa si pelaku akan mendapat apresiasi dan balasan baik dari-Nya atas perbuatan baik yang dilakukannya.
Orang sering mengasumsikan bahwa amal saleh adalah segala perbuatan yang berkaitan dengan ibadah “mahdha” saja, misalnya shalat, zakat, puasa, haji, bersedekah dan seterusnya. Padahal amal saleh adalah seluruh perbuatan baik yang dapat memberikan nilai manfaat, minimal bagi pelakunya sendiri, terutama bagi masyarakat luas.

Dengan demikian amal saleh (perbuatan baik) adalah suatu prestasi, karena ia lahir dari kemauan, tindakan, dan kerja langsung dari pelakunya untuk kemaslahatan (kebaikan) dirinya dan orang lain. Allah sangat menghargai prestasi seseorang, karena apapun prestasi yang ditorehkan seseorang akan mendapat balasan di dunia dan akhirat. Contoh balasan yang diberikan Allah dalam kehidupan dunia ini adalah orang yang belajar giat dan berusaha keras, pasti akan mendapat gelar dan pekerjaan yang layak. Seorang sarjan tentu akan memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan terhormat dibandingkan dengan orang yang hanya mengeyam pendidikan SD. Itu adalah bagian (apresiasi dan balasan) Allah terhadap orang-orang yang melakukan amal saleh (perbuatan baik).

Jadi, Allah sangat menghargai prestasi. Karena Allah memerintahkan agar setiap orang mempunyai prestasi, berdasarkan besar dan kecilnya prestasi yang diraih seseorang. Allah menegaskan, tidaklah sama orang yang berbuat, bekerja keras, dan mampu meraih prestasi.

Dalam Al-Qur’an, Allah memberikan contoh dengan penegasannya bahwa tidaklah sama orang yang hanya duduk dan berpangku tangang saja dengan orang yang mau berbuat dan berjihad di jalan-nya (Q.S An-Nisa: 95). Dalam konteks kehidupan remaja, pola hidup “Gue anak jendral” ataupun “gue anak…”, yaitu pola hidup membanggakan dan berlindung di balik kebesaran orang lain, jelas merupakan pola hidup yang sangat tidak terpuji. Karenanya harus ditanamkan dalam setiap diri kaum remaja bahwa kebanggaan adalah kebanggaan diri sendiri saat mampu meraih prestasi dan nilai guna bagiorang lain. Kebanggaan tidak dapat diperoleh hanya dengan berlindung di balik kebesaran orang lain, tetapi kebanggaan akan terasa nikmat bila bersumber dari buah karya dan prestasi diri sendiri. Allah tidak menilai seseorang berdasarkan keturunan, kekayaan, dan keelokan fisik. Allah menilai seseorang berdasarkan baik tidaknya hati dan perbuatan (prestasinya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar