Membuang Sifat Egois
Pengertian
egois
Egois adalah orang yang menjadikan dirinya sebagai titik pusat perhatian,
jika satu kelompok manusia diibaratkan tata surya maka ia ingin menempatkan
dirinya sebagai matahari yang dikelilingi oleh planet planet lainnya.
Egois
berasal dari kata ego, ego itu adalah aku dalam bahasa Yunani, jadi orang yang disebut egois orang yang
memang mementingkan dirinya, mementingkan akunya. Egois adalah sikap
mementingkan diri di atas kepentingan orang lain tanpa batas. Artinya tidak
mengenal kondisi, dalam pengertian dengan siapakah kita bersama, pokoknya kita
yang harus mendapatkan prioritas yang utama.
Al-Qur’an
menggambarkan sikap Qorun sebagai orang yang egois, merasa semua harta yang
dimilikinya itu karena hasil jerih payahnya sendiri dan hasil dari Ilmu
pengetahuannya sendiri ( Surat al-Qashas (28) ayat : 78 ) dari sikap inilah
maka Qorun mempunya sifat serakah, selalu muncul kehawatiran jika harta yang
dimilikinya berpindah tangan.
Pada
dasarnya orang yang egois memiliki sifat serakah meskipun tidak selalu nampak
serakah. Orang egois sebetulnya menyimpan ketakutan, kekhawatiran. Dia takut
kehilangan apa yang menjadi miliknya atau haknya maka itulah dia tidak rela
kehilangan sedikitpun yang sudah menjadi miliknya. Dia takut sekali, maka
dikatakan orang yang egois sebetulnya mempunyai kebutuhan yang besar akan
ketenteraman atau keamanan.
Egois adalah
: "Orang yang tidak peduli dengan kepentingan orang lain, yang di
dipikirkan hanyalah kepentingannya sendiri."
Dari pengertian itu, pernahkah kita sadari sering kali kita merasa bahwa yang terpenting kita terbebas dari masalah, kita tidak peduli bagaimana orang lain akan mengalami kesulitan karena kita. Pada saat kita berada dalam situasi yang berat, apakah kita pernah berpikir bahwa kalau kita melakukan hal itu ternyata orang lain yang kita rugikan? Meskipun kita melakukan nya untuk kebaikan kita sendiri?
Penyebab orang memiliki sikap egois yang besar adalah:
a. Merupakan kelanjutan dari apa yang
telah diterimanya selama ini. Misalnya sejak kecil ia dijunjung dan diutamakan,
ia tidak pernah disalahkan dan senantiasa dibenarkan, orang seperti ini sewaktu
dia dewasa, dia menuntut perlakuan yang sama dari semua orang. Dan dia akan
gagal mengembangkan satu keterampilan yang sangat penting, yakni berempati yang
artinya adalah menempatkan diri pada posisi orang lain, melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain, merasakan sesuatu dari perasaan orang lain. Dalam hal
ini anak tunggal cenderung juga untuk egois, karena anak tunggal tidak harus
mengalah.
b. Timbul dari kebutuhan, kebutuhan emosional,
kebutuhan finansial atau kebutuhan jasmaniah. Artinya anak-anak ini bertumbuh
dalam lingkungan yang minus, kurang mendapatkan gizi-gizi emosional, perhatian,
kasih sayang dari orangtuanya atau hidupnya susah sekali secara finansial atau
jasmaniah. Meskipun tidak selalu, anak-anak yang dibesarkan dalam kekurangan
yang begitu besar kalau nggak hati-hati akan menjadi orang dewasa yang sangat
haus atau lapar akan pemenuhan. Sehingga waktu dia menerima, waktu dia
mencicipi dia tidak bisa melepaskan, tapi ini tidak semua.
Ciri-Ciri
Pribadi yang Egois
1. Sulit mengenal apalagi memahami orang lain, walau sering berinteraksi,
1. Sulit mengenal apalagi memahami orang lain, walau sering berinteraksi,
sehingga
yang ada sering terjadi salah faham.
2. Kepingin minta difahami orang lain, tetapi
tidak mau tahu dan tidak mau
memahami orang lain.
3. Merasa paling benar sendiri, sementara orang
lain selalu salah.
4. Merasa paling banyak kontribusi dan jasanya,
sehingga menganggap kecil
kontribusi orang lain, bahkan tidak
diperhitungkan.
5. Lebih dahulu meminta hak dari pada
melaksanakan kewajibannya.
6. Lebih suka minta dilayani dari pada melayani
orang lain.
7. Merasa paling berhak mengatur sehingga sulit
diatur atau sulit mematuhi
aturan
yang telah disepakati bersama.
8. Merasa terganggu jika ada campur tangan fihak
lain, karena merasa jadi
kurang
leluasa geraknya.
9. Mengecilkan Ide ide orang lain, karena merasa
superior, sehingga dianggap
tidak
berguna masukan dari lainnya.
10. Merasa
nikmat yang telah diterima terlalu kecil, sehingga kurang
berterimakasih dan kurang bersyukur.
11. Jika
mendapat musibah atau cobaan merasa paling sengsara, terzholimi,
menderita, terpuruk dan sebagainya.
12. Senang
dan sibuk mencari kesalahan orang lain, senagn mencari kambing
hitam, sampai melupakan kesalahannya
sendiri.
13. Sulit
mencari teman yang cocok, sehingga hanya sebagian kecil orang saja
yang bisa memahami dan melayani dirinya
yang bisa dijadikan teman.
14. Sering
mengkotak kotak orang lain dengan judge kawan atau lawan, musuh
atau teman, pembela atau penghianat dan
seterusnya.
15. Hanya
dapat melihat dari sudut pandangnya; tidak dapat melihat dari sudut
pandang orang lain, apalagi merasakan apa
yang orang lain rasakan. Jadi,
tidak mudah untuk berdiskusi dengannya
karena ia akan berusaha keras agar
kita menuruti pendapatnya
16. Hanya
memikirkan kepentingan pribadinya; jadi, apa yang dikerjakannya
selalu untuk kepentingan pribadi, bukan
murni untuk kepentingan orang
lain. Ia tidak mengenal makna pengorbanan
dan ketulusan; semua hal
diperhitungkan berdasarkan
untung-ruginya.
17. Hanya
membicarakan pekerjaannya, teman-temannya, perasaan dan segala
sesuatu yang menyangkut tentang dirinya
sendiri
18. Sangat
senang dengan standar ganda, semua peraturan dianggap hanyak
untuk orang lain, bukan untuk dirinya.
19. Mengukur baik dan buruk dari kepentingan dirinya, atau orang dilingkarannya, atau kelompoknya
19. Mengukur baik dan buruk dari kepentingan dirinya, atau orang dilingkarannya, atau kelompoknya
Upaya
membuang sikap egois :
a. Kita mesti memahami sumber sikap
egois kita, apakah sumbernya adalah karena kelebihan, kita terlalu banyak
menerima sehingga kita menuntut orang memberikan yang sama.
b. Bertanya, jika orang berada pada
posisi saya, apa yang akan mereka lakukan. Saya nggak berkata jika saya berada
pada posisi orang, sebab orang yang egois akan berkata kalau saya berada pada
posisi orang, saya akan begini dirinya lagi yang muncul, jadi harus dibalik.
Pertanyaan ini bertujuan untuk menempatkan diri pada posisi orang, melihat dari
kaca mata orang, merasakan dari perasaan orang, sebab itulah yang telah mati
dalam hidupnya.
c. Berimanlah pada Allah SWT yang
memelihara hidup kita, selalu saya mau tekankan bahwa masih ada Allah dalam
hidup ini dan Allah yang memelihara kehidupan kita, Dia nggak meninggalkan
kita. Jadi jangan takut kehilangan, waktu kita melepaskan hak jangan takut rugi
waktu kita berkorban, ada Allah yang melihat, ada Allah SWT yang memberi
berkat, ada Allah SWT yang mencatat perbuatan manusia.
d. Ambillah secukupnya, ambil yang
menjadi milik kita, ambil secukupnya jangan berlebihan dan langkah yang kedua
bagilah meskipun sedikit. Jadi orang yang egois perlu belajar mengambil tapi
secukupnya, perlu belajar membagi meskipun sedikit, itu awalnya.
Dampak sifat egois
Sifat egois
ini bisa berdampak negatif yang selalu hadir didalam hidup kita. Seperti;
merasa diri selalu benar dan hebat, suka membantah bila dinasehati, tidak suka
mendengarkan sesuatu yang baik yang disampaikan, hidup yang amat sangat terlalu
bebas tanpa aturan dan larangan, memuaskan diri sendiri, suka merugikan orang
lain, tidak perduli dengan orang-orang dan lingkungan disekelilingnya, dan
semua hal negatif pada diri kita yang akan hadir dengan jelas.
Coba kita
pikirkan, bila kita memiliki sifat-sifat negatif seperti itu berarti sifat
egois kita lah yang mengendalikan hidup kita sepenuhnya tanpa kita sadari.
Semuanya menjadi serba tak terkendali dan tak terkontrol, bahkan tak bisa
dihentikan oleh diri kita sendiri maupun orang lain. Yang pada akhirnya akan
berakibat kerugian pada diri sendiri dan orang lain, seperti; musibah, bencana,
permusuhan, pertengkaran, kriminalitas, dan pasti diri kita akan ditinggalkan
oleh orang-orang terdekat dan disekeliling kita.
Bila kita tahu hal-hal tersebut tidak pernah ada baiknya, tapi kenapa masih banyak manusia didunia ini dari dahulu sampai mungkin akhir kehidupan ini tetap tidak perduli dengan sifat egois yang negatif yang terus mengendalikan diri ini bahkan membiarkan semua sifat egois yang negatif itu terus hidup dan berkembang didalam diri kita? Ya, hanya diri kita sendirilah yang bisa menjawab dengan jelas semuanya.
Disatu sisi sifat egois itupun bisa berdampak positif. Seperti; terlalu ingin melindungi orang yang penting didalam hidup kita demi keselamatannya, suka mengatur untuk kebaikan, tidak suka melihat hal-hal yang tidak baik, selalu berusaha walaupun sering mengalami kegagalan, bertekad untuk berhasil walaupun halang rintangan berbahaya sekalipun yang menghadang, membantah untuk sesuatu yang tidak baik dan berdampak buruk, dan semua hal positif yang lainnya.
Sifat egois
ini merupakan sifat yang dapat kita kendalikan dengan kesadaran yang penuh dan
akan berdampak keuntungan bagi diri kita dan orang lain, seperti; keselamatan,
keberhasilan, kesuksesan, kasih sayang dan kepedulian serta kepekaan terhadap
orang lain dan lingkungan.
Allah SWT menciptakan segalanya dengan dua sisi, positif dan negatif, hitam dan putih, kebaikan dan keburukan, keuntungan dan kerugian, dan banyak hal lainnya. Semuanya ini menjadi pilihan hidup kita masing-masing, manakah sifat egois yang pantas hadir didalam diri kita dan mana sifat egois yang harus kita buang serta singkirkan dari dalam diri kita sebelum semuanya menjadi penyesalan pada akhirnya.
Sudah banyak
contoh yang jelas dapat kita lihat karena dampak dari sifat egois, dan ternyata
lebih banyak berdampak buruk serta kerugian dalam hidup ini. Jadi, gunakanlah
akal dan pikiran kita yang Tuhan berikan sebagai anugerah terbesar untuk
manusia agar kita dapat menentukan semua pilihan selama kita masih bisa
bernafas.
Dampak Pribadi Egois
Diantara
sifat yang bisa merusak Team Work dan Kebersamaan adalah Sifat egois.
Orang yang egois akan selalu mendahulukan kepentingan pribadi diatas
kepentingan bersama, karena itulah kita harus mewaspadainya, supaya sifat itu
tidak ada pada diri kita
·
Lingkungan
sulit menerimanya karena tidak ada usaha darinya untuk menyesuaikan diri.
Daripada terjadi konflik, pada umumnya lingkungan akan menghindar berelasi
dengannya sehingga ia terpaksa hidup dalam kesendirian. Malangnya, makin
terkucil, makin ia menganggap bahwa lingkunganlah yang salah. Pada akhirnya
orang yang egois hidup dalam kesendirian.
Lingkungan
pun sulit untuk mempercayainya sebab lingkungan menilai ia tidak tulus. Semua
yang dikerjakannya cenderung dinilai mempunyai maksud tersembunyi di
belakangnya. Pada akhirnya relasinya dengan sesama terhambat dan makin hari
makin sedikit orang yang bersedia berelasi dengannya. Kalaupun berelasi, relasi
yang terjalin merupakan relasi timbal-balik, tanpa ketulusan dan pengorbanan.
Harapan, usaha, doa dan keikhlasan, serta kerendahan hati yang harus kita tanamkan dalam hidup kita agar kita bisa melangkah kesatu titik kebaikan yang bisa membawa kita untuk mengendalikan semua sifat egois yang hidup didalam diri ini. Jadilah diri kita sendiri walau dengan banyak kekurangan, tapi tak merugikan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar