Jumat, 05 Juni 2015

Membuang Sifat Egois



Membuang Sifat Egois

Pengertian egois

Egois adalah orang yang menjadikan dirinya sebagai titik pusat perhatian, jika satu kelompok manusia diibaratkan tata surya maka ia ingin menempatkan dirinya sebagai matahari yang dikelilingi oleh planet planet lainnya.
Egois berasal dari kata ego, ego itu adalah aku dalam bahasa Yunani,  jadi orang yang disebut egois orang yang memang mementingkan dirinya, mementingkan akunya. Egois adalah sikap mementingkan diri di atas kepentingan orang lain tanpa batas. Artinya tidak mengenal kondisi, dalam pengertian dengan siapakah kita bersama, pokoknya kita yang harus mendapatkan prioritas yang utama.

Al-Qur’an menggambarkan sikap Qorun sebagai orang yang egois, merasa semua harta yang dimilikinya itu karena hasil jerih payahnya sendiri dan hasil dari Ilmu pengetahuannya sendiri ( Surat al-Qashas (28) ayat : 78 ) dari sikap inilah maka Qorun mempunya sifat serakah, selalu muncul kehawatiran jika harta yang dimilikinya berpindah tangan.

Pada dasarnya orang yang egois memiliki sifat serakah meskipun tidak selalu nampak serakah. Orang egois sebetulnya menyimpan ketakutan, kekhawatiran. Dia takut kehilangan apa yang menjadi miliknya atau haknya maka itulah dia tidak rela kehilangan sedikitpun yang sudah menjadi miliknya. Dia takut sekali, maka dikatakan orang yang egois sebetulnya mempunyai kebutuhan yang besar akan ketenteraman atau keamanan.

Egois adalah : "Orang yang tidak peduli dengan kepentingan orang lain, yang di dipikirkan hanyalah kepentingannya sendiri."

Dari pengertian itu, pernahkah kita sadari sering kali kita merasa bahwa yang terpenting kita terbebas dari masalah, kita tidak peduli bagaimana orang lain akan mengalami kesulitan karena kita. Pada saat kita berada dalam situasi yang berat, apakah kita pernah berpikir bahwa kalau kita melakukan hal itu ternyata orang lain yang kita rugikan? Meskipun kita melakukan nya untuk kebaikan kita sendiri?

Penyebab orang memiliki sikap egois yang besar adalah:
a.     Merupakan kelanjutan dari apa yang telah diterimanya selama ini. Misalnya sejak kecil ia dijunjung dan diutamakan, ia tidak pernah disalahkan dan senantiasa dibenarkan, orang seperti ini sewaktu dia dewasa, dia menuntut perlakuan yang sama dari semua orang. Dan dia akan gagal mengembangkan satu keterampilan yang sangat penting, yakni berempati yang artinya adalah menempatkan diri pada posisi orang lain, melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, merasakan sesuatu dari perasaan orang lain. Dalam hal ini anak tunggal cenderung juga untuk egois, karena anak tunggal tidak harus mengalah.
b.     Timbul dari kebutuhan, kebutuhan emosional, kebutuhan finansial atau kebutuhan  jasmaniah. Artinya anak-anak ini bertumbuh dalam lingkungan yang minus, kurang mendapatkan gizi-gizi emosional, perhatian, kasih sayang dari orangtuanya atau hidupnya susah sekali secara finansial atau jasmaniah. Meskipun tidak selalu, anak-anak yang dibesarkan dalam kekurangan yang begitu besar kalau nggak hati-hati akan menjadi orang dewasa yang sangat haus atau lapar akan pemenuhan. Sehingga waktu dia menerima, waktu dia mencicipi dia tidak bisa melepaskan, tapi ini tidak semua.

Ciri-Ciri Pribadi yang Egois

1.  Sulit mengenal apalagi memahami orang lain, walau sering berinteraksi,  
     sehingga yang ada sering terjadi salah faham.
2.  Kepingin minta difahami orang lain, tetapi tidak mau tahu dan tidak mau
     memahami orang lain.
3.  Merasa paling benar sendiri, sementara orang lain selalu salah.
4.  Merasa paling banyak kontribusi dan jasanya, sehingga menganggap kecil
     kontribusi orang lain, bahkan tidak diperhitungkan.
5.  Lebih dahulu meminta hak dari pada melaksanakan kewajibannya.
6.  Lebih suka minta dilayani dari pada melayani orang lain.
7.  Merasa paling berhak mengatur sehingga sulit diatur atau sulit mematuhi
     aturan yang telah disepakati bersama.
8.  Merasa terganggu jika ada campur tangan fihak lain, karena merasa jadi
     kurang leluasa geraknya.
9.  Mengecilkan Ide ide orang lain, karena merasa superior, sehingga dianggap
     tidak berguna masukan dari lainnya.
10. Merasa nikmat yang telah diterima terlalu kecil, sehingga kurang
      berterimakasih dan kurang bersyukur.
11. Jika mendapat musibah atau cobaan merasa paling sengsara, terzholimi,
      menderita, terpuruk dan sebagainya.
12. Senang dan sibuk mencari kesalahan orang lain, senagn mencari kambing
      hitam, sampai melupakan kesalahannya sendiri.
13. Sulit mencari teman yang cocok, sehingga hanya sebagian kecil orang saja
      yang bisa memahami dan melayani dirinya yang bisa dijadikan teman.
14. Sering mengkotak kotak orang lain dengan judge kawan atau lawan, musuh
      atau teman, pembela atau penghianat dan seterusnya.
15. Hanya dapat melihat dari sudut pandangnya; tidak dapat melihat dari sudut
      pandang orang lain, apalagi merasakan apa yang orang lain rasakan. Jadi,
      tidak mudah untuk berdiskusi dengannya karena ia akan berusaha keras agar  
      kita menuruti pendapatnya
16. Hanya memikirkan kepentingan pribadinya; jadi, apa yang dikerjakannya
      selalu untuk kepentingan pribadi, bukan murni untuk kepentingan orang  
      lain. Ia tidak mengenal makna pengorbanan dan ketulusan; semua hal
      diperhitungkan berdasarkan untung-ruginya.
17. Hanya membicarakan pekerjaannya, teman-temannya, perasaan dan segala
      sesuatu yang menyangkut tentang dirinya sendiri
18. Sangat senang dengan standar ganda, semua peraturan dianggap hanyak
      untuk orang lain, bukan untuk dirinya.
 19. Mengukur baik dan buruk dari kepentingan dirinya, atau orang dilingkarannya, atau kelompoknya


Upaya membuang sikap egois :
a.     Kita mesti memahami sumber sikap egois kita, apakah sumbernya adalah karena kelebihan, kita terlalu banyak menerima sehingga kita menuntut orang memberikan yang sama.
b.     Bertanya, jika orang berada pada posisi saya, apa yang akan mereka lakukan. Saya nggak berkata jika saya berada pada posisi orang, sebab orang yang egois akan berkata kalau saya berada pada posisi orang, saya akan begini dirinya lagi yang muncul, jadi harus dibalik. Pertanyaan ini bertujuan untuk menempatkan diri pada posisi orang, melihat dari kaca mata orang, merasakan dari perasaan orang, sebab itulah yang telah mati dalam hidupnya.
c.      Berimanlah pada Allah SWT yang memelihara hidup kita, selalu saya mau tekankan bahwa masih ada Allah dalam hidup ini dan Allah yang memelihara kehidupan kita, Dia nggak meninggalkan kita. Jadi jangan takut kehilangan, waktu kita melepaskan hak jangan takut rugi waktu kita berkorban, ada Allah yang melihat, ada Allah SWT yang memberi berkat, ada Allah SWT yang mencatat perbuatan manusia.
d.     Ambillah secukupnya, ambil yang menjadi milik kita, ambil secukupnya jangan berlebihan dan langkah yang kedua bagilah meskipun sedikit. Jadi orang yang egois perlu belajar mengambil tapi secukupnya, perlu belajar membagi meskipun sedikit, itu awalnya.


Dampak sifat egois
Sifat egois ini bisa berdampak negatif yang selalu hadir didalam hidup kita. Seperti; merasa diri selalu benar dan hebat, suka membantah bila dinasehati, tidak suka mendengarkan sesuatu yang baik yang disampaikan, hidup yang amat sangat terlalu bebas tanpa aturan dan larangan, memuaskan diri sendiri, suka merugikan orang lain, tidak perduli dengan orang-orang dan lingkungan disekelilingnya, dan semua hal negatif pada diri kita yang akan hadir dengan jelas.

Coba kita pikirkan, bila kita memiliki sifat-sifat negatif seperti itu berarti sifat egois kita lah yang mengendalikan hidup kita sepenuhnya tanpa kita sadari. Semuanya menjadi serba tak terkendali dan tak terkontrol, bahkan tak bisa dihentikan oleh diri kita sendiri maupun orang lain. Yang pada akhirnya akan berakibat kerugian pada diri sendiri dan orang lain, seperti; musibah, bencana, permusuhan, pertengkaran, kriminalitas, dan pasti diri kita akan ditinggalkan oleh orang-orang terdekat dan disekeliling kita.

Bila kita tahu hal-hal tersebut tidak pernah ada baiknya, tapi kenapa masih banyak manusia didunia ini dari dahulu sampai mungkin akhir kehidupan ini tetap tidak perduli dengan sifat egois yang negatif yang terus mengendalikan diri ini bahkan membiarkan semua sifat egois yang negatif itu terus hidup dan berkembang didalam diri kita? Ya, hanya diri kita sendirilah yang bisa menjawab dengan jelas semuanya.

Disatu sisi sifat egois itupun bisa berdampak positif. Seperti; terlalu ingin melindungi orang yang penting didalam hidup kita demi keselamatannya, suka mengatur untuk kebaikan, tidak suka melihat hal-hal yang tidak baik, selalu berusaha walaupun sering mengalami kegagalan, bertekad untuk berhasil walaupun halang rintangan berbahaya sekalipun yang menghadang, membantah untuk sesuatu yang tidak baik dan berdampak buruk, dan semua hal positif yang lainnya.

Sifat egois ini merupakan sifat yang dapat kita kendalikan dengan kesadaran yang penuh dan akan berdampak keuntungan bagi diri kita dan orang lain, seperti; keselamatan, keberhasilan, kesuksesan, kasih sayang dan kepedulian serta kepekaan terhadap orang lain dan lingkungan.

Allah SWT  menciptakan segalanya dengan dua sisi, positif dan negatif, hitam dan putih, kebaikan dan keburukan, keuntungan dan kerugian, dan banyak hal lainnya. Semuanya ini menjadi pilihan hidup kita masing-masing, manakah sifat egois yang pantas hadir didalam diri kita dan mana sifat egois yang harus kita buang serta singkirkan dari dalam diri kita sebelum semuanya menjadi penyesalan pada akhirnya.

Sudah banyak contoh yang jelas dapat kita lihat karena dampak dari sifat egois, dan ternyata lebih banyak berdampak buruk serta kerugian dalam hidup ini. Jadi, gunakanlah akal dan pikiran kita yang Tuhan berikan sebagai anugerah terbesar untuk manusia agar kita dapat menentukan semua pilihan selama kita masih bisa bernafas.

Dampak Pribadi Egois

Diantara sifat yang bisa  merusak Team Work dan Kebersamaan adalah Sifat egois. Orang yang egois akan selalu mendahulukan kepentingan pribadi diatas kepentingan bersama, karena itulah kita harus mewaspadainya, supaya sifat itu tidak ada pada diri kita
·         Lingkungan sulit menerimanya karena tidak ada usaha darinya untuk menyesuaikan diri. Daripada terjadi konflik, pada umumnya lingkungan akan menghindar berelasi dengannya sehingga ia terpaksa hidup dalam kesendirian. Malangnya, makin terkucil, makin ia menganggap bahwa lingkunganlah yang salah. Pada akhirnya orang yang egois hidup dalam kesendirian.

Lingkungan pun sulit untuk mempercayainya sebab lingkungan menilai ia tidak tulus. Semua yang dikerjakannya cenderung dinilai mempunyai maksud tersembunyi di belakangnya. Pada akhirnya relasinya dengan sesama terhambat dan makin hari makin sedikit orang yang bersedia berelasi dengannya. Kalaupun berelasi, relasi yang terjalin merupakan relasi timbal-balik, tanpa ketulusan dan pengorbanan.

Harapan, usaha, doa dan keikhlasan, serta kerendahan hati yang harus kita tanamkan dalam hidup kita agar kita bisa melangkah kesatu titik kebaikan yang bisa membawa kita untuk mengendalikan semua sifat egois yang hidup didalam diri ini. Jadilah diri kita sendiri walau dengan banyak kekurangan, tapi tak merugikan orang lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar