Selasa, 18 Desember 2012

Desa Masa Depan Indonesia

Desa Masa Depan Indonesia

Jakarta - Menurut data resmi dari kator Menko Kesra (Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat) jumlah penduduk miskin pada Juli 2008 mencapai 34,96 juta orang. Data ini agak berbeda dengan perhitungan Bank Dunia.

Dalam tinjauan terkini atas pembangunan di Asia Timur dan Pasifik pada tahun yang sama Bank Dunia memprediksi jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah sebesar 105,3 juta atau 45,2 persen. Pada tahun 2008 Bank Dunia menetapkan kemiskinan adalah apabila pengeluaran di bawah $1,25 sehari.

Dari jumlah penduduk miskin di Indonesia sebagian besar (63,47%) berada di pedesaan. Fenomena dominasi kemiskinan di desa bukan hanya monopoli Indonesia. Penelitian IFAD Rural Poverty Report (2001) menyebutkan 75% penduduk miskin di dunia tinggal di desa. Bahkan, sampai tahun 2025, dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi yang terjadi diperkirakan 60% penduduk miskin masih terkumpul di desa.

Tahun ini kemungkinan terjadi sedikit pergeseran di Indonesia. Jumlah penduduk miskin di kota semakin meningkat dan di desa menurun. Tentu bukan karena desa menjadi lebih sejahtera. Melainkan disebabkan oleh banyaknya eksodus warga desa ke kota untuk mencari pekerjaan. Sementara di kota PHK (pemutusan hubungan kerja) justru tengah menjadi ancaman sehingga kehadiran warga desa meningkatkan jumlah kemiskinan di perkotaan.

Desa ditinggalkan karena warganya ingin mencari makan. Sulitnya desa untuk dijadikan sumber kehidupan sering kali menjadi alasan dasar mereka memilih bergerak ke wilayah urban. Kalau dulu hanya mereka yang terdidik yang berani bersaing dalam kerasnya kehidupan perkotaan maka hari ini kita menyaksikan mereka yang kurang berpendidikan juga berani untuk mengadu nasib di perkotaan. Mengapa warga di desa justru sulit mencari makan?

Dalam bukunya "Economics of Agricultural Development", Norton dan Alwang menyebutkan bahwa kasus-kasus kelaparan di desa terjadi bukan karena dunia tidak mampu memproduksi makanan yang cukup. Secara agregat produksi pangan dunia sesungguhnya mengalami surplus. Jika total jumlah pangan yang diproduksi dibagi rata-rata jumlah penduduk dunia maka setiap orang akan mendapatkan lebih dari jumlah minimum makanan yang dibutuhkan untuk bisa survive.

Masalah utama yang terjadi sesungguhnya adalah ketidakadilan yang menyebabkan tidak terdistribusinya pembangunan secara merata. Hal ini mengakibatkan banyak masyarakat tidak mampu mengakses kebutuhan hidupnya secara layak. Indonesia hari ini surplus pangan. Tapi, masih saja ada warganya yang tidak mampu mengakses pangan.
Hal itu tidak lain karena masih belum terwujudnya pemerataan pendapatan.

Desa menjadi bagian dunia yang tertinggal dan ditinggalkan tempat di mana masyarakat miskin berkumpul. Padahal di sanalah sesungguhnya sumber-sumber kehidupan ditemukan. Kita tidak menanam padi yang nasinya kita makan setiap hari di kota-kota besar.

Kita juga tidak memperoleh sayur, buah, dan segala bahan pangan yang kita butuhkan kecuali desa-desa dengan setia menyediakan. Kita tidak mengeksplorasi sumber-sumber energi di tengah wilayah perkotaan. Semua yang kita butuhkan untuk memenuhi syarat dasar kehidupan bersumber di wilayah pedesaan. Oleh karenanya sangat tidak wajar jika desa ditinggalkan dari agenda-agenda pembangunan.

Pemerintah perlu mencanangkan gerakan kembali ke desa. Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi harus digerakkan ke pedesaan sehingga desa menjadi tempat yang menarik sebagai tempat tinggal dan mencari penghidupan. Infrastruktur desa, seperti irigasi, sarana dan prasarana transportasi, listrik, telepon, sarana pendidikan, kesehatan dan sarana-sarana lain yang dibutuhkan, harus bisa disediakan sehingga memungkinkan desa berkembang.

Pemerintah juga perlu menciptakan banyak desa-desa industri yang mandiri, sehingga masyarakatnya, terutama para pemudanya tidak perlu lari dari desa yang selama ini dihuni. Sangat disayangkan jika proses urbanisasi terus terjadi tanpa solusi ekonomi yang memadai. Karena yang terjadi sesungguhnya hanyalah memindahkan arus kemiskinan dari desa ke kota, dan ini hanya akan menambah panjang daftar masalah-masalah baru.

Pemerintah harus berani menjadikan desa sebagai masa depan Indonesia. Desa bukan hanya menjadi objek wisata. Melainkan juga ruang untuk berkerja. Desa bukan hanya wilayah untuk menikmati segala keindahan. Melainkan juga ruang untuk memperjuangkan kehidupan. Desa harus menjadi tempat di mana sumber daya manusia terbaik merasa nyaman untuk hidup dan berkarya di sana dan seluruh masyarakat bisa menikmati kesejahteraannya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar