Paranoid
kaum liberal
Abdullah Muadz
Emosional Menurunkan Fungsi Otak
Membaca
tulisan para liberalis akhir-kahir ini
tentang pergerakan Islam, penulis dapat berkesimpulan bahwa banyak diantara
mereka yang mengidap penyakit paranoid. Mungkin karena studi di barat yang
cukup lama sehingga penularan paranoid itu terjadi. Indikator yang paling mudah
kita lihat adalah tulisan mereka yang mengandung emosional yang sangat tinggi, terutama
tulisannya tentang pergerakan Islam, sehingga menurunkan fungsi akal
sehatnya.
Ketika
akal sehat sudah menurun, maka sudah tidak mampu lagi mengikuti kaidah-kidah
metodologi Ilamiyah. Bicara ngejeblak, asal bunyi, kemudian muncul halusinasi,
plus info sepihak yang didapat, menghasilkan anilisa murahan, layaknya sampah yang
harus dibuang. Walaupun ada diantara mereka lulusan luar negeri, tetapi cara berfikirnya mirip
metodologi Warung Kopi.
Diantara
motode Warung Kopi adalah ketidak mampuan berfikir mana yang bisa
digeneralisir, mana yang kasus, mana yang mainstream mana yang sempalan. Semua
dipukul rata untuk menilai setiap kelompok pergerakan. Mungkin karena
kebenciannya terhadap pergerakan sudah mendarah daging, dan bertulang sumsum,
atau sudah sampai ke ubun-ubuh sehingga merusak cairan otaknya, sehingga
penulis melihat seperti agak “rada-rada” . Mudah-mudahan tidak sampai katagori Ideot.
Pentingnya
menjaga stabilitas emosional agar kita masih tetap mampu mengendalikan fikiran
dan akal sehat. Eksploitasi perasaan
yang berlebihan, termasuk Marah, benci serta rasa dendam, akan menganggu kerja
organ tubuh terutama kerja akan fikiran kita. Ketidak mampuan kerja akal sehat
itu sangat dipengaruhi oleh dominasi perasaan. Seorang yang lagi panik akan
bisa berbuat nekat apa saja karena sudah tidak sempat minta pertimbangan akal.
Seorang yang lagi proses KPK, minta pertolongan bukan saja kepada pengacara,
tapi lari keberbagai dukun.
Begitu
juga seorang liberalis mengamati fenomena permukaan gejolak sosial, tidak mau
lagi berfikir lebih jauh untuk menggali ada apa dibalik gejolak tersebut, terus
sudah kebelet ngomong, keluarlah statement-statement sampah. Bisa dianalog
seperti mendiagnosa penyakit, jika kita “batuk” itu bukan nama penyakit tetapi
itu baru gejala. Penyakitnya mungkin radang tenggorokan, atsma, paru-paru, TBC
dan lain lain.
Menjadi
persoalan adalah ketika kualitas masyarakat kita dan insan Media juga sebagian
masih sangat memprihatinkan, maka statemen murahan itu sangat laku dijual, dan
cukup berperngaruh di masyarakat awam. Justru disitulah Hoki nya kaum
liberalis, dari situ mereka mendapatkan julukan kaum Intelektual, Pemikir,
Pengamat dan sebagainya.
Analisa Kekerasan dan Pembunuhan
Inilah
yang paling meragukan penulis, apakah kaum liberalis ini orang akademisi.? Atau
aktifis warung kopi? Koq dangkal banget ketika melihat fenomea kekerasan atau
pembunuhan. Pertama Ketidak mampuan melihat sekian banyak fenomena kekerasan
dan pembunuhan, sperti kacamata kuda yang bisa melihat sebagian kecil saja yang
ada di depannya. Kedua ketidak mampuan menelurusuri siapa dalang yang
sesungguhnya, apa motif dibaliknya, terus siapa yang paling dirugikan ketika
ada expose pemberitaan kekerasan dan pembunuhan dan seterusnya.
Ketika
Afganistan diintervensi oleh Uni Soviet
selama 9 tahun lamanya kemudian lanjutkan Amerika, belasan tahun dengan jumlah
korban sipil sudah jutaan orang, tidak ada yang berani mengutuk, atau memberi
lebel teroris, atau pura-pura tidak tahu, atau karena majikannya yang
berbuat.? Tetapi ketika Thaliban
membalas serangan dengan jumlah korban satu dua orang itupun korbannya militer,
maka dunia kebakaran jenggot, rame-rame angkat bicara.
Ketika
Intervensi Amerika di Irak tahun 1992 delapan bulan pertama saja korban sudah
lebih 700.000 orang kebanyakan sipil. Tidak disebut itu aksi pembunuhan, tidak
pula disebut aksi penjajahan ketika minyak Iraq dikuras. Sama ketika Rezim di
Suriah membantai ribuan rakyatnya sendiri tidak ada yang bilang teroris, tetapi
ketika ada 3 orang warga Barat yang dibunuh, maka dunia kebakarang jenggot
lagi.
Ketika bombardir Israel yang terakhir terhadap
GAZA dengan koban lebih dari 2000 orang sipil banyak yang cicing wae. Tetapi
ketika ditelaviv kena serangan roket mengakibatkan satu anak kecil meninggal
geger lagi dunia....
Sekedar
pertanyaan untuk kaum Leberalis, semoga bisa membuka mata hati mereka. Beriktu
ini adalah kasus-kasus dan berbagai motif dalam pembunuhan di masyarakat
sebagai berikut :
Dalam diskusi di kantor PKBI Jateng
Jl Jembawan Semarang, Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
Jawa Tengah dokter Hartono Hadisaputro SpOG menyatakan di Indonesia
diperkirakan terdapat ” 2,5 juta kasus aborsi setiap tahunnya”. Artinya
diperkirakan ada “6.944 s/d 7.000 wanita melakukan praktik aborsi dalam setiap
harinya.”
Pertanyaannya adalah : “Apakah
pembunuhan 2,5 juta bayi-bayi tak berdosa itu atas nama agama”?
Disampaing kasus Pembunuhan model
Aborsi; model minum Pil KB, atau menggunakan suntikan, pembunuhan janin karena
malu akibat hamil di luar nikah, masih banyak lagi kasus-kasus pembunuhan
sebagai berikut :
-Pembunuhan karena perampokan, pencurian,
-Pembunuhan karena tawuran dan perkelahian,
-Pembunuhan karena rebutan lahan parkir atau karena Narkoba dan Miras,
-Pembunuhan karena dendam cinta,dan cemburu,
-Pembunuhan karena persaingan bisnis,
-Pembunuhan karena menghilangkan, jejak,penghilangan barang bukti serta pelenyapan saksi,
-Pembunuhan karena mempertahankan kekuasaan,(contoh Kasus Rumania dan Tiananmen)
-Pembunuhan karena rekayasa politik/permainan elit pusat pemerintahan, (berbagai kerusuhan di tempat kita, salah satu contohnya tokoh HAM, Munir),
-Pembunuhan massal oleh negara karena merebut kekayaan dan minyak di Negara lain,(Lihat sepak terjang Amerika dan Barat),
-Pembunuhan massal karena etnik (lihat kasus Bosnia tahun 1995 dll), dan lain lain.
-Pembunuhan karena tawuran dan perkelahian,
-Pembunuhan karena rebutan lahan parkir atau karena Narkoba dan Miras,
-Pembunuhan karena dendam cinta,dan cemburu,
-Pembunuhan karena persaingan bisnis,
-Pembunuhan karena menghilangkan, jejak,penghilangan barang bukti serta pelenyapan saksi,
-Pembunuhan karena mempertahankan kekuasaan,(contoh Kasus Rumania dan Tiananmen)
-Pembunuhan karena rekayasa politik/permainan elit pusat pemerintahan, (berbagai kerusuhan di tempat kita, salah satu contohnya tokoh HAM, Munir),
-Pembunuhan massal oleh negara karena merebut kekayaan dan minyak di Negara lain,(Lihat sepak terjang Amerika dan Barat),
-Pembunuhan massal karena etnik (lihat kasus Bosnia tahun 1995 dll), dan lain lain.
Jika kita lihat berita sehari-hari
tentang kasus pembunuhan, manakah yang paling banyak model dan motif pembunuhan
tersebut ??? Pernakah si “Liberais Intelektual” itu membandingkan jumlahnya
motif apa pembunuhan itu yang lebih banyak?
Masyarkat Heterogen, Majemuk dan Pluralisme.
Seperti anak-anak masih usia TK
yang masih menonjol egoismenya seolah-olah hanya dia yang punya, hanya dia yang
tahu. Orang-orang Pergerakan Islam dianggap orang yang tidak mengertii bahwa
masyarakat kita adalah masyarakat yang Heterogen dan Majemamuk. Lebih jauh lagi
kadang sampai menuduh syari’at Islam yang selalau dibenturkan dan dianggap
tidak sesuai dengan masyarakat Heterogen dan Majemuk.
Sedemikian benci dan dendamnya
kepada aktifits Pergerakan sampai tidak tahan lagi isi perutnya keluar melalu
ucapan “Kaum Islamis di negeri ini patut bersyukur, karen kita tidak akan
membunuh mereka. Di Mesir, mereka dibunuh dan dinistakan,”
Sedikit fakta sejarah berikut ini
mudah-mudahan kita akan mendapatkan fakta-fakta sebaliknya. Bahwa Ummat
Islamlah yang paling banyak tolerasi, mengalah serta peling mengerti masyarakat
hetoregen dan majemuk. Fakta-fakta itu sebagai berikut :
1.
Penghapusan tujuh kata dalam piagam Jakarta, karena ada isue ancaman dari
Indonesia timur akan memisahkan diri dari Indonesia. Hingga saat ini isue itu
masih misterius siapa oknum yang mengancam itu. Ummat Islam pun menerima.
2. Kalender
Nasional dan Kalender Pendidikan memakai kalender Masehi (Nashrani), bukan
kalender Islam (Hijriyah) sehingga sangat susah dan ribet ketika menentukan libur
ramadhan dan libur hari raya... terutama mengatur liburan sekolah, ummat
Islampun dapat menerima...
3. Hari
libur pekanan hari Minggu (Nashrani), bukan hari besar Islam (Jum'at ) Ummat
Islam Mengalah....
4. Tahun
Baru Imlek dan Tahun baru Masehi peraayaannya jauuuh lebih besaaarr dan lebih
gebyaaaarrrr. dari pada tahun baru Islam. lagi lagi ummat Islam tidak iri hati.
5. Pemaksaan
asas tunggal terhdap organisasi apapun pada zaman orde baru, yang di rekayasa
oleh kelompok "Tanah Abang" otak utamanya non Muslim, lagi lagi Ummat
Islam yang sangat terpojok pada saat itu, sampai terjadi meletusnya pristiwa
priok....para aktifis HAM bungkam.... (karena korbannya Ummat Islam)
6..
Pemecatan Siswi jilbab, dari SLTA Negeri selama 12 Tahun, ( 1980 - 1992 )
sampai banya korban gadis berjilbab yang di usir dari sekolah negeri.. orang2
tidak ada yang teriak HAM, termasuk aktifis HAM nya juga cicing wae..
7. Nama-nama
gedung gedung besar terutama di jakarta, sangat kental dengan bahasa yang
digunakan oleh non Muslim. ( Contoh : Arthaloka, Graha Purna Yudha, Manggala
Wana Bhakti dsb )
8. Lebih
dari 30 Jenis-jenis Penghargaan oleh Presiden, semuanya memakai nama-nama yang
juga sangat kental dengan bahasa yang digunakan oleh non Muslim.
Berikut ini
sebagian contoh kecil penghargaan di Bidang Militer
a. Bintang Kartika Eka Pakçi, terdiri
atas tiga kelas:
- Bintang Kartika Eka Paksi Utama
- Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
- Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
- Bintang Swa Bhuwana Paksa, terdiri atas tiga kelas:
- Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama
- Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama
- Bintang Swa Bhuwana Paksa Nararya
Ummaat
Islam pun tidak pernah mempermasalahkannya...
9. Pristiwa
ambon yang sangaat Jelas, pembantaian terhadap orang orang yang baru selesai
sholat Ied,, saksinya jutaaan manusia, tetapi sampai diluar negeri
beritanya jadi sangat terbalik, bahwa Ummat Islam lah yang mendahului.. ( sudah
jatuh, tertiban tangga pula) sudah dibantai, difitnah pula....
10.
Komposisi PNS dan Pejabat berdasarkan Agama di beberapa provinsi tidak
proposional jika dibanding dengan komposisi agama penduduknya. ummat Islam
tidak mempermasalahkan, walaupun secara proporsional dipertanyakan...
11. Bicara
Korban Pembantaian apalagi, siapa yang banyak korban..? Pristiwa Priok,
Lampung, Cisendo, woyla, aceh ambon, dan lain lain... Memang Ummat Islam sudah
terbiasa jadi Korban Pembantaian..
12. Rekayasa
global dengan Isue Terorisme, yang sangat memojokkan Ummat Islam, sangat
berimbas di Indonesia, sampai sampai pesantrenpun ada yang menjadi korban tuduhan.
Kita harus menerima bahwa seolah olah kalau bicara terorisme itu konotasinya
Ummat Islam.... jadi Teroris sama dengan Ummat Islam, begitulah berita...
Kesimpulan
betapa baik hati dan tolerannya Ummat Islam di Indonesia. Ternyata kaum
Liberalis jongos Imprialis masih tidak puas juga. Sudah dikasih hati masih
minta rempelo.
Isue
Terorisme dan Kebodohan Liberalis
Dampak dari
isue terorisme yang sudah pasti pertama dirugikan adalah Ummat Islam, dan yang
sangat di untungan negara-negara imprealis. Dimulai dari munculnya kercurigaan
terhadapa aktifitas ke Islaman, tuduhan-tuduhan irasionial kepada sebagian
ummat islam, pemblokiran berbagai rekening Bank Ummat Islam yang tuduh seracara
serampangan, dan ini memang bagian dari target utama.
Terhentinya
berbagai penyaluran dana pembangunan sarna ibadah dan bantuan kemanusiaan dari
dermawan timur tengah ke negara-negara miskin. Mereka ketakutan dituduh
mensuplai logistik teroris. Termasuk terhentinya berbagai bantuan terhadap
bencana alam. Kalau pun masih bisa sekarang dengan birokrasi yang sangat sulit,
atau hanya tinggal orang-orang yang masih berani saja, itupun dengan perjalanan
yang rumit uang itu bisa sampai kepada yang berhak menerima.
Sementara
pemerintah Indonesia tidak melihat peluang ini, orang-orang yang dermawan
betul-betul ingin membangun masjid di indonesia, karena di negara mereka
sendiri sudah banyak masjid dan penduduknya sedikit.
Tidak ada
kebijakan yang bisa menolong mempermudah orang-orang yang ingin investasi
akhirat, padahal membawa devisa negara yang tidak sedikit. Pemerintah lebih
suka memfasilitas infestor asing yang akan mengeruk kekayaan Indonesia. Atau
karena takut sama majikan yang lagi membuat Isue terorisme tersebut.
Sebegitu
bodohkan para aktifis Islam mau dijadikan permainan Isue teroriseme... ?
Siapakah dibalik Isue terorisme.? Siapakah yang
terlibat didalamnya ? Siapakah orang yang bisa dijadikan jongos-jongos
Imprealisme, untuk turut membantu membangun opini sekaligus memfitnah para
aktifis.? Jadi pertnyaanya kita balik, sebegitu bodohkan mereka sampai
bisa-bisanya menuduh Aktifis seperti itu..?
Pertanyaan Seputar ISIS
Semua kita
menolak cara-cara kekerasan dan pemaksaan Ideologi dengan dengan alasan dan tujuan
apapun. Tetapi kita dihadapkan dengan sekian banyak pertanyaan tentang ISIS,
yang seharusnya bisa dijawab oleh para profesor Sosiologi, Psikologi Sosial,
Sejarawan dan sejenisnya.
Kalaupun kejadian terakhir berupa pembunuhan terhadap
warga asing kita sepakat itu adalah tindakan kejam dan sadis, pertanyaannya
adalah mengapa mereka bisa sampai sesadis itu ? Apa betul disebabkan oleh
pemahaman keIslaman mereka ? bukan karena dendam ? atau tidak ada hubungan
dengan tragedi sebelumnya, kekejaman rezim suriah Bashar al-Assad.? Mengapa
para pakar Ilmu Sosial diam.? Atau mereka sudah menjadi bagian dari strategi
global Imprialisme.?
Mengapa para
pakar itu pada sakit gigi ketika peristiwa-peristiwa pendahuluannya yang
menjadi tragedi kemanusian luar biasa dilakukan oleh Rezim Suriah ? Mengapa
ketika terjadi pembantaian terhadapa anak-anak dan wanita sampai ribuan mereka
diam.? Mengapa mereka tidak berani mengatakan itu teroris ? Mengapa
perkembangan ISIS begitu cepat, ? Mengapa masyarakat Suriah dan Iraq banyak
menyambut ISIS ? jawaban dari pertanyaan
itu sangat berkaitan erat dengan berbagai peristiwa sejarah yang mendahuluinya
sebelum ISIS muncul kepermukaan. Sekali lagi mengapa sebelumnya mereka diam...?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar